Ngapain Nulis, Toh Nggak Ada yang Baca?

Table of Contents
Kalian yang mana?

“Ngapain nulis di zaman sekarang, toh nggak ada yang baca.”

Begitu kata seorang teman, dengan nada yang entah realistis atau menyerah sebelum berjuang. hehe

Katanya, anak muda sekarang lebih sibuk menatap layar daripada menatap buku. Lebih hafal nama influencer ketimbang penulis besar.

Lebih cepat jempolnya menggulir layar daripada pikirannya mencerna isi bacaan.

Ya, saya maklum.

Kita memang hidup di zaman di mana tulisan panjang dianggap menakutkan, sementara video dua detik dianggap “relate banget.”

Zaman di mana seseorang bisa menonton berjam-jam, tapi membaca tiga paragraf saja sudah bikin ngantuk.

Kaum rebahan yang doyan scroll tapi alergi baca kini jadi mayoritas. 

Mereka ingin pintar tanpa belajar, ingin bijak tanpa membaca, dan ingin didengar tanpa pernah berusaha memahami.

Yang penting bisa komentar duluan—soal isi, nanti belakangan. Tapi justru karena itulah menulis menjadi penting.

Ketika semua orang sibuk menonton, harus ada yang tetap menuliskan apa yang seharusnya dipikirkan.

Menulis hari ini memang seperti menanam di tanah tandus—tidak semua tumbuh, bahkan kadang diinjak sebelum berakar.

Namun satu tulisan yang hidup dari kejujuran bisa jauh lebih abadi daripada ribuan video yang viral hanya sehari.

Menulis bukan tentang siapa yang membaca, tapi tentang siapa yang masih berani berpikir. tentang siapa yang masih percaya bahwa gagasan layak dirawat, meski dunia lebih suka hal yang cepat, lucu, dan mudah di-skip.

Jadi biarlah dunia terus menatap layar. Saya akan tetap menulis — bukan demi likes atau views, tapi agar pikiran tidak ikut mati dalam kebisingan tanpa makna.

Sudut Pandang
Sudut Pandang Menyajikan renungan, inspirasi, dan pandangan tentang Islam, pendidikan, serta makna hidup dari sisi iman dan ilmu. Temukan gagasan segar yang mencerahkan hati dan pikiran.

Post a Comment