K.H. Ibrahim: Sang Pelopor Perubahan Setelah K.H. Ahmad Dahlan
![]() |
| Kyai Haji Ibrahim bin Fadlil sumber wikipedia |
Halo pembaca yang budiman! Kalian pasti kenal dengan organisasi Islam besar di Indonesia bernama Muhammadiyah, yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912. Tapi, tahukah kalian siapa tokoh hebat yang melanjutkan perjuangan beliau dan membuat Muhammadiyah berkembang pesat ke seluruh penjuru negeri?
Beliau adalah Kyai Haji Ibrahim bin Fadlil, pemimpin kedua Muhammadiyah, yang menjabat dari tahun 1923 hingga 1932 (atau 1934). Kisah beliau mengajarkan kita tentang tanggung jawab, keberanian, dan semangat pembaruan.
Anak Kauman yang Ahli Ilmu Agama
K.H. Ibrahim lahir di Kauman, Yogyakarta, pada tanggal 7 Mei 1874. Ayah beliau, K.H. Fadlil Rachmaningrat, adalah seorang Penghulu Hakim di Kesultanan Yogyakarta. Fakta menariknya, beliau adalah adik kandung dari Nyai Ahmad Dahlan! Jadi, beliau adalah ipar dari pendiri Muhammadiyah sendiri.
Sejak kecil, K.H. Ibrahim sudah akrab dengan Al-Qur'an. Ia mulai mengaji sejak usia 5 tahun dan dibimbing langsung oleh kakak tertuanya, K.H. M. Nur. Kehebatan beliau tidak main-main: K.H. Ibrahim adalah seorang Hafiz (penghafal) Al-Qur'an dan ahli dalam Qira'at (seni membaca Al-Qur'an). Ia juga sangat mahir berbahasa Arab. Beliau menunaikan ibadah haji pada usia 17 tahun dan kemudian menuntut ilmu di Mekkah selama kurang lebih 7-8 tahun.
Ketika kembali ke tanah air pada tahun 1902, banyak orang yang datang untuk mengaji kepadanya, menggunakan metode sorogan (diajar satu per satu, biasanya pagi hari) dan weton (kyai membaca, santri mendengarkan sambil memegang kitab, biasanya sore hari).
Menerima Amanah Berat
Sebelum wafat, K.H. Ahmad Dahlan berpesan agar kepemimpinan Muhammadiyah diteruskan oleh Kiai Ibrahim. Awalnya, Kiai Ibrahim merasa tidak sanggup memikul tanggung jawab sebesar itu. Namun, karena didesak oleh sahabat-sahabatnya agar amanat pendiri dapat terlaksana, akhirnya beliau bersedia menerima. Kepemimpinannya dikukuhkan pada bulan Maret 1923.
Para sejarawan bahkan menyebut K.H. Ibrahim bukan hanya sekadar pemimpin, melainkan seorang "pembebas" (liberator). Mengapa? Karena di bawah kepemimpinan beliau, banyak sekali perubahan dan inovasi yang berhasil diterapkan, yang mungkin belum sempat dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Era Perluasan dan Pembaharuan
Di bawah tangan dingin K.H. Ibrahim, Muhammadiyah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Organisasi ini menyebar luas di seluruh Indonesia, terutama di Jawa dan Madura.
Beberapa hal luar biasa yang dilakukan K.H. Ibrahim adalah:
- Mendirikan Sayap Organisasi Penting: Beliau memprakarsai berdirinya Majelis Tarjih, Nasyiatul Aisyiyah (untuk remaja putri), dan Pemuda Muhammadiyah.
- Peduli Pendidikan dan Kaum Miskin: Pada tahun 1924, beliau mendirikan Fonds Dachlan yang bertujuan membiayai sekolah bagi anak-anak miskin. Beliau juga aktif dalam kegiatan sosial seperti khitanan massal (1925).
- Mengirim "Anak Panah Muhammadiyah": Sejak tahun 1928, beliau mengirimkan lulusan terbaik sekolah-sekolah Muhammadiyah (seperti Mu’allimin dan Mu’allimat) ke seluruh pelosok negeri untuk berdakwah. Mereka dikenal sebagai ‘anak panah Muhammadiyah’.
- Mendorong Gerakan Perempuan: K.H. Ibrahim berhasil membimbing Aisyiyah (organisasi perempuan Muhammadiyah) agar semakin maju dan kuat. Beliau juga memimpin perkumpulan kaum ibu bernama Adz-Dzakiraat untuk membantu mengumpulkan dana amal (Kas) bagi Muhammadiyah, Aisyiyah, dan rumah sakit (PKU).
- Memajukan Media dan Penerbitan: Beliau mendirikan badan usaha penerbit buku sekolah (Uitgeefster My) pada Kongres di Solo tahun 1929. Pada tahun 1932, diputuskan pula untuk menerbitkan surat kabar yang kelak bernama Adil.
- Memperluas Jangkauan Kongres: Untuk menyebarkan semangat Muhammadiyah, Kongres Tahunan (yang kemudian diganti namanya menjadi Kongres Muhammadiyah mulai tahun 1926) mulai diselenggarakan di luar Yogyakarta, seperti di Surabaya, Pekalongan, Solo, dan Bukittinggi.
Pemimpin yang Terbuka dan Berani
Selama kepemimpinannya, K.H. Ibrahim selalu terpilih kembali dalam sepuluh kali Kongres Muhammadiyah. Beliau adalah pemimpin yang percaya pada pemuda dan memberikan kebebasan bagi generasi muda untuk berkreasi dalam dakwah.
Pernah Muhammadiyah difitnah bahwa mereka bekerja sama dan menerima dana dari organisasi Belanda, Politieke Economische Bond (PEB). Ini adalah tantangan besar dari pihak-pihak yang tidak senang dengan kemajuan Muhammadiyah. Namun, K.H. Ibrahim menghadapi fitnah ini dengan keterbukaan! Beliau mengundang utusan dari berbagai cabang Muhammadiyah untuk memeriksa langsung keuangan dan catatan rapat di Yogyakarta. Hasilnya? Fitnah itu terbukti tidak benar sama sekali. Ini menunjukkan betapa pentingnya kejujuran dan keterbukaan bagi seorang pemimpin.
K.H. Ibrahim mewariskan semangat bahwa menjadi seorang Muslim yang baik berarti harus terus berjuang untuk kemajuan (tajdid), berani menghadapi tantangan, dan fokus membantu orang-orang yang membutuhkan, seperti yang ia lakukan melalui Fonds Dachlan untuk anak-anak miskin. Meskipun beliau wafat pada tahun 1932 (atau awal 1934 menurut sumber lain), perjuangannya telah meletakkan dasar yang kuat bagi Muhammadiyah untuk menjadi organisasi besar dan bermanfaat bagi bangsa hingga hari ini.

Post a Comment
2. Komentar sensitif akan dihapus
3. Gunakan bahasa yang sopan dan saling menghargai perbedaan pendapat dan sudut pandang