Maulid Nabi: Merayakan Cinta, Menyemai Teladan
![]() |
Ilustrasi gambar: catatanjudin |
Setiap kali bulan Rabiul Awal tiba, umat Islam di seluruh penjuru dunia seakan kembali merapatkan barisan hati. Suara shalawat bergema, masjid-masjid dihiasi, dan majelis-majelis ilmu ramai menghadirkan kisah sang manusia agung: Nabi Muhammad SAW. Bagi sebagian orang, Maulid hanyalah seremonial. Namun bagi yang mau menilik lebih dalam, ia adalah ruang perjumpaan antara sejarah, spiritualitas, dan tradisi sosial yang tak lekang oleh zaman.
Kelahiran Sang Pembawa Cahaya
Riwayat yang paling masyhur menyebutkan bahwa Rasulullah SAW lahir pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah. Sebuah tahun bersejarah ketika pasukan Abrahah yang hendak menghancurkan Ka’bah ditumpas burung ababil. Dalam perspektif sejarah, kelahiran beliau bukan sekadar catatan kronologis, melainkan titik balik lahirnya peradaban baru. Beliau datang membawa risalah rahmat bagi seluruh alam, menyalakan obor yang menerangi gelapnya kejahilan.
Namun menariknya, tanggal pasti kelahiran beliau masih diperdebatkan. Ada ulama yang menyebut 9 atau 8 Rabiul Awal. Tetapi yang lebih penting daripada perdebatan tanggal adalah hakikat momen itu sendiri: lahirnya sosok teladan yang mengajarkan kasih sayang, keadilan, dan keberanian moral.
Jejak Sejarah Maulid
Perayaan Maulid Nabi tidak dikenal pada masa Rasulullah maupun Khulafaur Rasyidin. Tradisi ini baru berkembang berabad-abad kemudian. Sejarah mencatat Dinasti Fatimiyah di Mesir pada abad ke-10 Masehi sebagai pelopor perayaan Maulid dalam skala besar. Pada abad ke-12, Sultan Salahuddin al-Ayyubi memanfaatkan momentum Maulid untuk membangkitkan semangat umat Islam dalam menghadapi Perang Salib. Ada pula catatan tentang Sultan Muzhaffar al-Kaukabri di Irbil yang menjadikan Maulid sebagai acara rakyat yang penuh syiar dan kebersamaan.
Sejak saat itu, Maulid Nabi menyebar ke berbagai negeri Muslim, hingga akhirnya tiba di Nusantara dengan ragam bentuk yang khas.
Tradisi di Tanah Air
Indonesia dengan segala keragamannya merayakan Maulid dalam warna budaya lokal. Di Yogyakarta dan Surakarta, kita mengenal Sekaten, sebuah perayaan tujuh hari yang berpuncak pada Grebeg Maulud. Di Banyuwangi, ada tradisi Endhog-Endhogan, arak-arakan telur yang dihias indah sambil bershalawat. Warga Kebumen punya Rolasan, sebuah arak-arakan makanan tradisional. Sementara di Sumatera Barat ada tradisi Bungo Lado, pohon hias dengan dedaunan uang yang kelak disumbangkan untuk masjid. Semua itu adalah ekspresi cinta yang diterjemahkan dalam bahasa budaya masing-masing.
Spirit di Balik Peringatan
Lebih dari sekadar ritual, Maulid Nabi mengandung nilai-nilai mendalam:
- Spiritual, menumbuhkan cinta kepada Rasulullah lewat shalawat dan kajian sirah.
- Moral, mengingatkan kita pada akhlak Nabi: jujur, sabar, dan welas asih.
- Sosial, menghadirkan semangat berbagi lewat sedekah, jamuan, dan gotong-royong.
- Persatuan, mempererat ukhuwah Islamiyah dalam bingkai kebersamaan.
Di era modern yang kerap melahirkan keterasingan dan krisis keteladanan, nilai-nilai inilah yang kembali meneguhkan relevansi Maulid.
Menyemai Cinta di Zaman Kini
Maulid Nabi, pada hakikatnya, bukan sekadar mengingat masa lalu. Ia adalah ajakan untuk menjadikan kasih Nabi sebagai panduan masa depan. Dalam dunia yang penuh hiruk pikuk, Maulid mengajak kita berhenti sejenak, meneladani akhlak Rasul, dan membumikan ajarannya dalam tindakan nyata: menebar salam, berlaku adil, membantu sesama, dan menjaga persaudaraan.
Di tengah derasnya arus digital dan globalisasi, Maulid memberi pesan sederhana namun mendalam: bahwa cinta, teladan, dan rahmat adalah kunci peradaban yang tak boleh padam.
Daftar Pustaka
- Almanhaj. “Sejarah Peringatan Maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.” almanhaj.or.id
- An-Nur. “Sejarah Maulid Nabi: Asal Usul, Kontroversi, dan Tradisinya di Indonesia.” an-nur.ac.id
- Detik. “Sejarah Singkat Maulid Nabi Muhammad SAW.” detik.com
- Liputan6. “Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW Lengkap: Asal Usul dan Tradisi Nusantara.” liputan6.com
- Dompet Dhuafa. “Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW.” dompetdhuafa.org
- Yayasan Sigma. “Makna Maulid Nabi: Sejarah dan Tradisi Peringatannya.” yayasansigma.or.id
- Wikipedia. “Maulid Nabi Muhammad.” id.wikipedia.org
Post a Comment
2. Komentar sensitif akan dihapus
3. Gunakan bahasa yang sopan dan saling menghargai perbedaan pendapat dan sudut pandang