Ketika P5 Bergeser: Menjelajahi Arah Baru Pendidikan Kita
![]() |
Sontak, Kemendikbud harus turun tangan memberikan klarifikasi: itu hanyalah disinformasi belaka. P5 tidak akan diganti, melainkan akan ada evolusi. Kompas pun turut meluruskan, bahwa yang ada justru adalah delapan dimensi profil lulusan yang kini menjadi tolok ukur kompetensi di setiap jenjang pendidikan.
Lalu, apa sebenarnya yang terjadi? Jawabannya ada dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2025, yang terbit pada Juni 2025. Regulasi baru ini secara gamblang menyebutkan delapan dimensi profil lulusan yang harus dikuasai siswa. Dimensi-dimensi ini meliputi aspek yang menyeluruh, mulai dari keimanan dan ketakwaan, kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, hingga komunikasi. Yang menarik, delapan dimensi ini sudah mulai berlaku sejak 10 Juni 2025, menggantikan dimensi profil pelajar Pancasila yang sebelumnya kita kenal dalam penyusunan RPP intrakurikuler.
Dari P5 Mandiri Menjadi Proyek Terintegrasi
Perubahan paling signifikan terlihat dalam draf struktur kurikulum nasional 2025. Video tersebut menganalisis bahwa alokasi P5 yang selama ini berdiri sendiri, kini tak lagi ada. Sebagai gantinya, konsep Project Based Learning_ (PBL) akan mengambil alih peran tersebut. PBL ini bersifat kokurikuler, dirancang untuk memperdalam pemahaman mata pelajaran yang sudah dipelajari. Ini adalah pergeseran filosofis yang menarik: dari proyek yang mungkin terasa terpisah, menjadi proyek yang terintegrasi penuh dalam pembelajaran mata pelajaran.
Prediksinya jelas, kegiatan P5 akan bermetamorfosis menjadi aktivitas berbasis PBL yang menyatu dengan mata pelajaran. Artinya, guru tidak lagi mengalokasikan jam khusus untuk P5 di luar jam intrakurikuler, melainkan mengintegrasikannya dalam materi pelajaran. Tentu, perubahan ini juga akan tetap mengacu pada delapan dimensi profil lulusan yang baru. Konsekuensinya, setiap mata pelajaran kini akan memiliki alokasi waktu untuk intrakurikuler dan juga project based learning, yang secara tidak langsung akan menambah jumlah jam pelajaran bagi para guru.
Merangkai Masa Depan Pendidikan
Pergeseran ini tentu bukan tanpa alasan. Barangkali, ini adalah upaya untuk menciptakan pembelajaran yang lebih relevan, lebih kontekstual, dan lebih mendalam. Ketika proyek menjadi bagian tak terpisahkan dari mata pelajaran, diharapkan siswa dapat melihat keterkaitan antara teori dan praktik secara lebih nyata. Tantangannya, tentu saja, ada pada bagaimana para pendidik dapat beradaptasi dan merancang PBL yang efektif, yang tidak hanya memperdalam materi tetapi juga mengasah kedelapan dimensi profil lulusan tersebut.
Pendidikan adalah entitas yang selalu bergerak, beradaptasi dengan tuntutan zaman. Perubahan ini, sekeras apapun terdengar di awal, adalah bagian dari perjalanan panjang menuju sistem pendidikan yang lebih baik. Semoga saja, dengan arah baru ini, kita bisa mencetak generasi penerus yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki profil lulusan yang utuh dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Post a Comment
2. Komentar sensitif akan dihapus
3. Gunakan bahasa yang sopan dan saling menghargai perbedaan pendapat dan sudut pandang