Nakhoda Baru Pendidikan Indonesia: Mengurai Visi di Balik Program Kepemimpinan Sekolah 2025

Table of Contents
Ilustrasi gambar dari channel youtube kemendikdasmen

Sebuah kapal, secanggih apa pun mesinnya, tak akan pernah mencapai tujuannya tanpa seorang nakhoda yang cakap. Metafora ini agaknya menjadi gambaran paling tepat untuk sebuah sekolah. Kepala sekolah adalah nakhoda yang menentukan arah angin, membaca peta tantangan, dan memastikan seluruh awak kapalnya—para guru dan tenaga kependidikan—bekerja dalam harmoni untuk membawa penumpangnya, para siswa, menuju pelabuhan cita-cita.

Namun, sebuah data getir yang diungkapkan oleh Direktur Jenderal GTKPG, Ibu Nunuk Suryani, menyadarkan kita bahwa puluhan ribu kapal pendidikan di Indonesia saat ini tengah berlayar tanpa nakhoda. Ada kekosongan lebih dari 50.000 jabatan kepala sekolah di seluruh negeri. Ini bukan sekadar angka statistik; ini adalah sebuah krisis senyap yang mengancam kualitas pembelajaran jutaan anak bangsa.

Menjawab krisis inilah, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah secara resmi meluncurkan “Program Kepemimpinan Sekolah 2025”. Sebuah nama yang terdengar seperti program pelatihan biasa, namun jika ditelisik lebih dalam, ia adalah sebuah pertaruhan besar yang menandai pergeseran filosofi mendasar dalam cara kita mencetak para pemimpin di garda terdepan pendidikan.

Merombak Aturan Main, Mencari Kualitas Sejati

Langkah pertama dari transformasi ini adalah merombak aturan main. Selama ini, jalan menuju kursi kepala sekolah kerap kali dianggap birokratis dan kaku. Melalui Permendikdasmen Nomor 7 Tahun 2025, pemerintah mendobrak sekat-sekat tersebut. Seperti yang diapresiasi oleh Ketua Komisi 10 DPR RI, Ibu Hetifah Sjaifudian, kini penugasan kepala sekolah tidak lagi bergantung pada satu jenis sertifikat saja.

Pintu dibuka lebih lebar bagi para guru berkualitas melalui penilaian yang lebih holistik: rekam jejak, pengalaman manajerial, kualitas akademik, dan tentu saja, pelatihan kepemimpinan yang relevan. Pesannya jelas: negara tidak lagi sekadar mencari pemegang sertifikat, tetapi mencari pemimpin sejati yang teruji kapasitasnya.

Untuk memastikan proses ini berjalan mulus dan transparan, sebuah infrastruktur digital bernama SIM KSPSTK telah disiapkan, terintegrasi langsung dengan Badan Kepegawaian Negara (BKN) dan pemerintah daerah. Ini adalah sinyal bahwa era pengelolaan data yang tambal sulam telah usai, digantikan oleh sistem yang lebih akuntabel.

Visi Menteri: Dari Jam Mengajar ke Kedalaman Belajar

Program ini tidak berdiri sendiri. Ia adalah bagian dari sebuah visi yang lebih besar yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Bapak Abdul Mu'ti. Visi ini menyentuh akar dari ekosistem belajar, yaitu guru. Beban mengajar guru yang sebelumnya kaku pada 24 jam tatap muka, kini dilonggarkan menjadi 16 jam. Sisa jamnya bukan untuk bersantai, melainkan untuk sebuah investasi terpenting: pengembangan diri.

Kementerian bahkan menyediakan satu hari dalam seminggu sebagai "hari belajar bagi guru". Ini adalah sebuah kebijakan revolusioner yang mengubah paradigma guru dari sekadar "pengajar" menjadi "pembelajar abadi". Tujuannya pun luhur, yaitu untuk menerapkan pendekatan deep learning (pembelajaran mendalam) di ruang-ruang kelas, sebagai penawar dari masalah kronis schooling without learning—fenomena bersekolah namun tanpa proses belajar yang bermakna.

Untuk mencetak pemimpin yang mampu mengawal visi ini, model pelatihannya pun dirancang secara integratif dan transformatif. Bukan lagi diklat satu arah, melainkan sebuah perjalanan yang memadukan sesi luring, daring, studi kasus, magang (shadowing), hingga sesi berbagi yang inspiratif.

Sebuah Pertaruhan untuk Masa Depan

Tentu, program sebagus apa pun akan sia-sia tanpa komitmen dan kolaborasi. Peluncuran ini menjadi lebih bermakna dengan adanya video dukungan dari berbagai kepala daerah yang menyatakan kesiapan mereka untuk mengimplementasikan dan menganggarkan program ini. Ini adalah bukti bahwa orkestrasi antara pemerintah pusat dan daerah mulai terjalin.

Pada akhirnya, Program Kepemimpinan Sekolah 2025 adalah sebuah pertaruhan. Pertaruhan bahwa dengan nakhoda yang tepat, setiap sekolah di Indonesia bisa menjadi kapal yang membawa penumpangnya—para siswa—menuju lautan pengetahuan yang tak terbatas, bukan sekadar berputar-putar di pelabuhan mediokritas. Dan melihat keseriusan yang ditunjukkan, ini adalah sebuah pertaruhan yang layak untuk kita menangkan bersama.

Sumber: Channel Youtube Kemendikdasmen

Post a Comment