Mapel Coding dan AI kapan diberlakukan?
Table of Contents
![]() |
Ilustrasi gambar dari channel youtune bbpmp Jawa Tengah |
Memasuki tahun ajaran 2025-2026, sistem pendidikan Indonesia akan menyambut sebuah mata pelajaran baru yang dirancang untuk menjawab tantangan zaman: Coding dan Kecerdasan Artifisial (KKA). Kebijakan ini akan diterapkan secara bertahap mulai dari fase C (kelas 5 dan 6 SD) hingga fase F (SMA dan SMK), menandai langkah besar dalam upaya mempersiapkan generasi yang tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga kreator dan pemikir di era digital.
Dalam sebuah siniar (podcast) yang mengupas tuntas kebijakan ini, narasumber ahli menjelaskan bahwa KKA bukan sekadar pelajaran teknis. "Coding adalah cara kita berkomunikasi dengan komputer, sementara kecerdasan artifisial adalah upaya membuat komputer berperilaku seperti manusia untuk membantu pekerjaan kita," jelasnya. Lantas, apa saja yang akan dipelajari siswa dan bagaimana metode pembelajarannya?
Fondasi Pembelajaran: Tiga Elemen Utama KKA
Pembelajaran KKA tidak hanya berfokus pada baris-baris kode, tetapi pada pembentukan pola pikir dan etika. Ada tiga elemen utama yang menjadi fondasinya:
1. Berpikir Komputasional (Computational Thinking): Ini adalah jantung dari KKA, sebuah metode penyelesaian masalah yang efisien dengan mengadopsi alur kerja komputer. Terdapat empat pilar di dalamnya:
- Dekomposisi: Kemampuan memecah masalah kompleks menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dikelola.
- Pengenalan Pola: Mengidentifikasi kesamaan atau tren dari masalah yang pernah terjadi untuk mengantisipasi tantangan di masa depan.
- Abstraksi: Fokus pada hal-hal yang prinsipil dan mengabaikan detail yang tidak relevan untuk menyederhanakan masalah.
- Algoritma: Menyusun langkah-langkah solusi secara logis dan terstruktur, layaknya menulis resep untuk komputer.
2. Literasi Digital dan Etika Kecerdasan Artifisial: Narasumber menekankan bahwa kemahiran teknis harus diimbangi dengan tanggung jawab. "Siswa tidak hanya harus mahir mengoperasikan perangkat, tetapi juga wajib memahami etika penggunaannya agar tidak melanggar norma sosial maupun hukum," paparnya. Ini mencakup pemahaman tentang privasi data, jejak digital, dan penggunaan AI secara bertanggung jawab.
3. Algoritma Pemrograman dan Analisis Data: Pada elemen ini, siswa akan belajar menerapkan logika algoritma dalam bahasa yang dimengerti komputer serta menganalisis data. Tujuannya adalah agar mereka mampu memanfaatkan data untuk mengambil keputusan yang lebih baik, baik untuk kemajuan diri maupun untuk kemaslahatan masyarakat.
Metode Belajar yang Adaptif dan Inklusif
Menyadari kondisi fasilitas yang beragam di seluruh Indonesia, KKA dirancang dengan tiga metode pembelajaran yang fleksibel:
- Unplugged (Tanpa Perangkat): Khususnya untuk jenjang SD, konsep KKA akan diajarkan melalui permainan dan aktivitas fisik tanpa gawai. Contohnya, siswa bermain peran menjadi "robot" yang harus mengikuti serangkaian perintah (algoritma) dari temannya.
- Plugged (Dengan Perangkat): Siswa menggunakan perangkat seperti laptop atau tablet, namun tidak harus terhubung ke internet. Aplikasi seperti Scratch dan Blockly akan digunakan untuk memperkenalkan dasar-dasar logika pemrograman secara visual dan interaktif.
- Internet-Based (Berbasis Internet): Untuk tingkat lanjut, pembelajaran akan memanfaatkan platform AI yang memerlukan koneksi internet, seperti Gemini dan ChatGPT, untuk eksplorasi yang lebih mendalam.
Implementasi, Tantangan, dan Harapan
Penerapan KKA akan dimulai pada sekolah-sekolah yang dianggap memiliki kesiapan infrastruktur, terutama sekolah penerima dana BOS Kinerja. Mata pelajaran ini akan diajarkan selama 2 jam per minggu untuk kelas 5 hingga 11, dan 4 jam per minggu untuk kelas 12, dengan status sebagai mata pelajaran pilihan.
Narasumber mengakui adanya tantangan, terutama dalam kesiapan guru. "Guru harus selalu selangkah di depan siswa, karena itu akan ada pelatihan khusus," ujarnya. Selain itu, dukungan dari semua pihak, termasuk orang tua, sangat dibutuhkan agar tujuan mulia dari kebijakan ini tercapai.
Pada akhirnya, KKA bukan bertujuan untuk mencetak semua siswa menjadi programmer. Tujuannya jauh lebih luas: membentuk generasi yang mampu berpikir logis, terstruktur, kritis, dan yang terpenting, memiliki kesadaran etis yang kuat dalam berinteraksi dengan teknologi. Inilah bekal sesungguhnya untuk menavigasi masa depan.
Sumber: channel youtube bbpmp Jawa Tengah
Post a Comment
2. Komentar sensitif akan dihapus
3. Gunakan bahasa yang sopan dan saling menghargai perbedaan pendapat dan sudut pandang