Inti dan Praktek Ngajar Deep Learning yang Benar Menurut Pak Gunanto, Jarang yang tau!

Table of Contents
Dalam perjalanan saya sebagai seorang pendidik, saya merasa mendapat suntikan semangat baru setelah mengikuti pelatihan bertema "menerapkan pendekatan deep learning dalam pembelajaran: strategi dan praktik baik" yang diisi oleh Bapak Gunanto, M.Pd., CHMP di Balai Besar Guru Penggerak Jawa Tengah diselenggarakan oleh Dikdasmen PDM Surakarta, sabtu (26/4/2025).
 
Pak Gunanto (Pakar dan Praktisi Pendidikan)

Beliau bukan hanya seorang narasumber, tetapi juga seorang praktisi yang menghadirkan langsung makna dari pembelajaran mendalam melalui gaya penyampaian yang menyenangkan, membumi, dan sarat makna. Selama lebih dari tiga jam pelatihan, saya tak sekalipun merasa mengantuk, karena cara beliau menyampaikan benar-benar merepresentasikan praktik mengajar yang ideal di kelas.

Bapak Gunanto menjelaskan bahwa deep learning bukanlah kurikulum baru, melainkan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengalaman belajar yang menyenangkan, bermakna, dan menyentuh hati siswa. Hal ini senada dengan keresahan Menteri Pendidikan saat ini, yang menilai bahwa banyak proses pembelajaran selama ini cenderung membosankan dan membuat siswa merasa seolah berada di penjara, bukan di taman ilmu.

Beliau menegaskan bahwa guru yang hebat adalah guru yang dirindukan siswa, guru yang kehadirannya dinanti dan mampu masuk ke hati anak-anak. Jika siswa menunjukkan sikap acuh, gaduh saat pelajaran, atau bahkan kabur saat bertemu guru, bisa jadi ada hati yang pernah tersakiti. Maka, tugas guru tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga merawat dan menyentuh hati.

8 Layout Pembelajaran Hakiki

Untuk mewujudkan deep learning, Bapak Gunanto memperkenalkan delapan pendekatan pembelajaran yang disebut layout pembelajaran hakiki, yaitu:
  1. Berada di lokasi sesuai tema pembelajaran, sehingga siswa merasakan langsung objek yang dipelajari.
  2. Mendatangkan benda dari lokasi tersebut ke kelas, jika kunjungan tidak memungkinkan.
  3. Membuat tiruan objek yang dipelajari.
  4. Membuat suasana seolah-olah berada di sana.
  5. Menghadirkan ahli atau narasumber.
  6. Merekam lokasi/objek pembelajaran dalam bentuk video atau foto.
  7. Menggunakan gambar dan deskripsi di buku.
  8. Mendeskripsikan objek secara naratif atau tertulis.
Pendekatan ini memperkuat fungsi alat peraga dalam proses belajar. 
Menurut beliau, guru jangan pernah berani mengajar tanpa alat bantu, karena alat peraga akan membantu siswa memahami secara visual, auditori, dan kinestetik.
Inilah esensi dari pembelajaran mendalam.

Teknik Mengajar yang Menyentuh

Dalam sesi pelatihan, Bapak Gunanto juga menyampaikan struktur mengajar yang efektif. Lima langkah awal di 10 menit pertama pelajaran adalah:
  1. Salam
  2. Menyapa siswa
  3. Membaca doa
  4. Menyampaikan tujuan pembelajaran
  5. Menjelaskan AMBAK (Apa Manfaat Bagiku) dari pelajaran hari itu.
Proses belajar selanjutnya dibagi dalam blok 20 menit, diselingi dengan aktivitas penyegar seperti ice breaking, hafalan Al-Qur'an, dan lainnya. Guru diminta untuk berpindah posisi—di tengah, lalu ke kiri, dan ke kanan—dengan cara bertanya yang variatif untuk menjaga fokus siswa.

Pertanyaan harus bersifat hakiki: to the point, jelas, pakai kata tanya bermakna (mengapa, bagaimana, uraikan), diberi jeda, dan dilempar ke seluruh siswa.

Menutup dengan Refleksi dan Testimoni

Pada akhir pembelajaran, kegiatan ditutup dengan metode RT (Refleksi dan Testimoni). Refleksi menyoroti hal-hal penting dan baru (AHA moment), sementara testimoni mengajak siswa menyampaikan perasaan mereka terhadap pembelajaran hari itu. Ini adalah bentuk apresiasi dan penguatan yang sangat manusiawi.

Menyelaraskan dengan Kurikulum Muhammadiyah

Dalam pelatihan juga ditegaskan pentingnya menyisipkan nilai keislaman dalam setiap modul ajar, seperti menyisipkan hadis yang relevan. Modul juga harus memperhatikan prasyarat pengetahuan—misalnya, sebelum membahas salat, siswa harus sudah memahami wudhu.

Kegiatan belajar pun harus melibatkan asesmen individu dan kelompok, serta mencakup aspek memahami, mengaplikasikan, dan merefleksikan materi. Semua ini dikemas dengan pendekatan PM (Deep Learning).

Mengajar dari Hobi dan Hati Anak

Satu hal yang sangat membekas bagi saya adalah prinsip bahwa kelas adalah hati anak. Guru yang mampu menyentuh hati anak akan dimudahkan dalam proses belajar-mengajar. Maka, pahamilah gaya belajar siswa, mulai dari hobi dan kebutuhannya. Untuk siswa dengan kemampuan rendah, pendekatan personal dan kolaborasi dengan BK sangat disarankan.

Akhirnya, mengajar adalah seni menyentuh jiwa. Buku ajar hanyalah alat konfirmasi teori. Yang utama adalah bagaimana siswa mengalami, memahami, dan merasa senang dalam proses belajar. Memajang daftar guru tamu satu semester ke depan juga menjadi ide menarik untuk menguatkan penghargaan siswa dan orang tua terhadap profesi guru.

Pelatihan ini bukan hanya menambah wawasan, tapi juga menggugah kesadaran saya: menjadi guru bukan soal menyampaikan materi, tetapi menyentuh hati, membangun makna, dan membuat anak ingin terus belajar.

Post a Comment