Kembalinya Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di Tingkat SMA: Langkah Strategis untuk Masa Depan Pendidikan
Table of Contents
![]() |
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti |
Langkah ini menandai perubahan signifikan setelah penghapusan jurusan tersebut melalui Kurikulum Merdeka yang diterapkan sejak 2021 di bawah kepemimpinan Menteri Pendidikan sebelumnya, Nadiem Makarim. Artikel ini akan mengulas alasan di balik kembalinya penjurusan, dampaknya, serta pandangan berbagai pihak terkait kebijakan ini.
Latar Belakang Penghapusan dan Kembalinya Penjurusan
Penghapusan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa dimulai secara bertahap sejak 2021 melalui Kurikulum Merdeka, yang resmi diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 12 Tahun 2024. Kurikulum Merdeka bertujuan menciptakan pendidikan yang lebih fleksibel dan inklusif, memungkinkan siswa memilih mata pelajaran sesuai minat dan bakat mereka tanpa terikat pada jurusan tertentu. Anindito Aditomo, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), menjelaskan bahwa penghapusan jurusan dilakukan untuk menghilangkan diskriminasi terhadap jurusan non-IPA, seperti IPS dan Bahasa, yang sering dianggap kurang prestisius. Selain itu, banyak orang tua mendorong anak mereka memilih IPA karena dianggap memiliki lebih banyak pilihan program studi di perguruan tinggi, yang menyebabkan ketimpangan kuota siswa di jurusan lain.Namun, kebijakan ini menuai kritik. Perguruan tinggi melaporkan bahwa banyak mahasiswa baru diterima di program studi yang tidak sesuai dengan kemampuan akademik mereka selama SMA, seperti siswa lulusan IPS yang kuliah di fakultas kedokteran. Hal ini menyebabkan kesulitan akademik bagi mahasiswa tersebut. Selain itu, penghapusan jurusan juga memunculkan fenomena “sedekah nilai” di mana guru memberikan nilai lebih tinggi untuk membantu siswa diterima di perguruan tinggi, serta kebingungan dalam perencanaan pembelajaran jangka panjang.
Menanggapi permasalahan ini, Mendikdasmen Abdul Mu’ti mengumumkan kembalinya penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa mulai tahun ajaran 2025/2026. Kebijakan ini akan diformalkan melalui peraturan menteri baru yang menggantikan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024. Tujuannya adalah untuk memberikan struktur pendidikan yang lebih jelas dan mendukung TKA sebagai alat ukur kemampuan akademik siswa untuk masuk perguruan tinggi.
Alasan Kembalinya Penjurusan
Ada beberapa alasan mendasar di balik kembalinya sistem penjurusan, antara lain:Mendukung Tes Kemampuan Akademik (TKA)
TKA dirancang sebagai pengganti Ujian Nasional, berfokus pada pengukuran kemampuan siswa berdasarkan mata pelajaran tertentu. Dalam skema TKA, semua siswa wajib mengikuti tes Bahasa Indonesia dan Matematika, ditambah satu mata pelajaran pilihan sesuai jurusan. Misalnya, siswa IPA dapat memilih tes Fisika, Kimia, atau Biologi, sedangkan siswa IPS dapat memilih Ekonomi, Sejarah, atau Sosiologi. Penjurusan dianggap membantu siswa mempersiapkan diri secara lebih terfokus untuk tes ini, yang hasilnya akan menjadi pertimbangan utama dalam penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi.Meningkatkan Kecocokan Akademik dengan Program Studi
Abdul Mu’ti menyoroti keluhan dari Forum Rektor Indonesia dan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia bahwa banyak mahasiswa baru tidak memiliki dasar akademik yang memadai untuk program studi yang mereka pilih. Dengan penjurusan, siswa dapat membangun basis pengetahuan yang relevan dengan aspirasi karier mereka, sehingga mengurangi risiko kesulitan akademik di perguruan tinggi.Menghilangkan Ketidakpastian Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan siswa memilih mata pelajaran, tetapi praktiknya sering kali tetap mencerminkan penjurusan tidak formal, seperti paket mata pelajaran teknik atau biomedis. Hal ini dianggap kurang efektif dan membingungkan. Kembalinya penjurusan diharapkan memberikan struktur yang lebih jelas bagi siswa, guru, dan sekolah.Merespons Stereotip dan Favoritisme
Meskipun Kurikulum Merdeka bertujuan menghapus stereotip bahwa jurusan IPA lebih unggul, kenyataannya persepsi ini masih kuat di masyarakat. Penjurusan dianggap dapat mengarahkan siswa untuk fokus pada bidang yang sesuai dengan minat mereka tanpa tekanan sosial untuk memilih IPA. Namun, kebijakan ini juga harus diimbangi dengan peningkatan kualitas guru dan sarana-prasarana agar tidak memperkuat kembali favoritisme terhadap IPA.
Dampak dan Tantangan
Kembalinya penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA memiliki sejumlah dampak positif, tetapi juga menghadapi tantangan:Dampak Positif:
- Fokus Pembelajaran yang Lebih Jelas: Siswa dapat mempersiapkan diri secara mendalam untuk bidang studi yang mereka minati, meningkatkan kesiapan mereka untuk perguruan tinggi.
- Dukungan untuk TKA: Penjurusan memudahkan pelaksanaan TKA, yang diharapkan menjadi alat tes standar yang valid untuk seleksi mahasiswa baru.
- Peningkatan Keberlanjutan Pendidikan: Dengan kurikulum yang lebih terstruktur, siswa memiliki jalur yang lebih jelas menuju jenjang pendidikan tinggi.
Tantangan:
- Kesiapan Guru dan Fasilitas: Ketua Umum Federasi Serikat Guru Indonesia, Fahmi Hatib, menekankan perlunya peningkatan kualitas guru dan sarana-prasarana agar penjurusan efektif. Tanpa ini, kebijakan baru hanya akan menjadi perubahan formal tanpa dampak nyata.
- Potensi Kembalinya Stereotip: Ada risiko bahwa persepsi superioritas jurusan IPA akan kembali menguat, terutama jika fasilitas untuk jurusan IPS dan Bahasa tidak setara. Seorang siswa SMA di Jakarta, Ryu, menyoroti pentingnya fasilitas pembelajaran yang merata untuk semua jurusan.
- Kebingungan Akibat Perubahan Kebijakan: Perubahan kebijakan yang berulang-ulang, dari penghapusan ke pengembalian penjurusan, menuai kritik karena dianggap menjadikan siswa dan guru sebagai “kelinci percobaan”. Pengamat pendidikan seperti Ubaid menilai hal ini dapat merugikan kualitas pendidikan jangka panjang.
Pandangan Masyarakat
Kebijakan ini memicu beragam tanggapan di masyarakat. Postingan di platform X mencerminkan sentimen pro dan kontra. Sejumlah pengguna, seperti@tribunnews, menyambut baik kembalinya penjurusan karena dianggap membuat siswa lebih fokus belajar.
Namun, ada pula yang mengkritik ketidakstabilan kebijakan pendidikan, seperti @grok yang menyebutkan bahwa perubahan berulang dapat mengganggu perencanaan jangka panjang. Pengamat pendidikan lainnya, seperti yang dikutip BBC, menilai bahwa penerapan Kurikulum Merdeka sebelumnya kurang didukung riset mendalam, sehingga kembalinya penjurusan dianggap sebagai koreksi yang diperlukan, tetapi tetap membutuhkan persiapan matang.
Kesimpulan
Kembalinya jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA merupakan langkah strategis untuk memperbaiki keberlanjutan pendidikan dan mendukung pelaksanaan TKA. Kebijakan ini diharapkan memberikan siswa jalur pembelajaran yang lebih terfokus dan relevan dengan aspirasi mereka, sekaligus mengatasi ketidaksesuaian akademik di perguruan tinggi.Namun, keberhasilan kebijakan ini bergantung pada peningkatan kualitas guru, fasilitas yang merata, dan komunikasi yang jelas untuk menghindari kebingungan di kalangan siswa dan sekolah. Dengan perencanaan yang matang, kembalinya penjurusan dapat menjadi fondasi yang kuat untuk masa depan pendidikan Indonesia.
Sumber:
- BBC News Indonesia. (2025). Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA bakal diterapkan lagi - 'Siswa jadi kelinci percobaan'.
- Kompas.com. (2025). Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA Akan Dihidupkan Kembali Tahun Ini.
- Liputan6.com. (2025). Ini Alasan Pemerintah Kembali Memberlakukan Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA.
- Bisnis.com. (2025). Jurusan IPA, IPS, Bahasa Kembali Berlaku di SMA demi Dukung Tes Masuk Perguruan Tinggi.
- Harianbatakpos.com. (2025). Penjurusan SMA: Mengembalikan IPA, IPS, dan Bahasa untuk Masa Depan Siswa.
- Postingan di X: @tribunnews, @grok, @kumparan, @emakarikdotcom.
Post a Comment
2. Komentar sensitif akan dihapus
3. Gunakan bahasa yang sopan dan saling menghargai perbedaan pendapat dan sudut pandang