Solusi Komprehensif Masalah Israel Palestina
![]() |
Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si |
Pesantren Kader Muhammadiyah Surakarta usai pelatihan tiga bulan lamanya, peserta diperintahkan untuk meringkas kajian atau pengajian yang diadakan oleh Muhammadiyah, mulai dari tingkat pusat sampai tingkat ranting, Kata Suwinarno, M.Pi sebagai pengampu pesantren kader Muhammadiyah angkatan 46.
Pada kesempatan ini, saya akan membagikan hasil ringkasan saya dengan tema "Solusi Komprehensif Masalah Israel Palestina". dengan narasumber : Prof. Hilman Latief, MA, Ph.D (Ketua Lazismu), Prof. Dr. Imran Cotan (Pengamat Politik Internasional), Drs. H. Hajriyanto Y. Thohari, MA (Duta Besar RI untuk Lebanon), dan Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si sebagai pengantar.
Pengajian ini diadakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada jumat (11/6/21) di kanal Youtube TV Mu Channel.
Hasil Ringkasan sebagai berikut:
Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si (Pengantar)
Palestina sebagai bangsa entitas memang tidak kemarin sore tapi sudah menjadi bagian dari bangsa di dunia yang perjalanannya sangat panjang, 12 sebelum masehi bangsa yunani sudah mengenal bangsa palestina yang disebut denga pilestia atau pilistin.
Kemudian sejak abad kedua bangsa romawi juga mengenal istilah syiria palestina, syiria itu syam. Bangsa ini tentu punya eksistensi yang panjang – dalam sejarahnya palestina selalu menjadi bangsa taklukan, bagi kita kaum muslimin, palestina bukan kadar hanya sebagai sebuah bangsa dan jazirah tapi ada sejarah teologis yang kental dalam konteks historis, karena disana ada masjid al-Aqsha, dan masjid al-Aqsha bagi umat Islam dimanapun melekat dengan kota suci. Bahkan diabadikan dalam surat al-Isra.
Maka tidak salah kalau kaum muslimin ada jiwa ada rasa keterkaitan dengan palestina, karena disitu ada masjid dari kota suci dan punya sejarah dalam isra dan mi’raj Nabi. Maka kita kenal bahwa setelah Nabi Isra mi’raj kemudian 1634 di era ke khalifahan umar bin khattab sampai 644 kemudian itu menjadi wilayah Islam, ini merupakan jejak historis dan teologis yang tidak bisa lepas dari kaum muslim di seluruh dunia. Baru setelah perang dunia 1 dan lebih-lebih setelah perang dunia kedua inggris menjajah kawasan jazirah arab, lalu terjadi pemecahan bahkan setelah israel didirikan oleh inggris didukung oleh amerika dan seukutu, kemudian lahirlah problem baru dinama disitu didirikan negara Israel.
Sejak itulah kemudian barat dan timur tengah itu bukan hanya di wilayah palestina bahkan di seluruh jazirah arab. Sesungguhnya konteks pemecehan dan perpecahan dan konflik peperangan itu bermula dari penjajahan, penjajahan yang menimbulkan berbagai eksploitasi dan terpecahbelahnya bangsa.
Maka secara politik dan ideologis sesungguhnya ketika bangsa Indonesia termasuk warga Muhammadiyah melakukan pemihakan terhadap palestina disamping ada konteks historis dan sejarah al-Aqsha itu secara khusus dan mendalam karena ada pemihakan terhadap rasa bukan hanya terusik rasa terampas sebagai bangsa dimana palestina yang dulu menjadi bangsa yang bebas setelah Israel hadir bukan hanya terjadi damai, Israel dengan rakusnya memperluas kawasan dan wilayah. Bahkan dengan perluasan pemukiman dan palestina makin tersudut secara kawasan jazirah bahkan secara politik hak-hak dasarnya.
Prof. Hilman Latief, MA, Ph.D (Ketua Lazismu) - Pemateri 1
Partisipasi Indonesia Mengenai Palestina
Mungkinkah Indonesia ikut dalam perdamaian palestina Israel ?
Dalam majalah pancaran amal cabang betawi memberitakan tentang palestina sekitar 1938, dan waktu itu orang arab berperang melawan inggris dan orang Indonesia sudah ikut perang disana namanya sapulete, salimin dan sultan ibrahim. Kemudian Nahdlatul Ulama dalam majalah berita edisi 22 tahun 1938 sudah mengangat isu palestina dan itu diapresiasi sekali oleh MIAI (Majelis Islam ‘Ala Indonesia).
Jadi ternyata sebelum kemerdekaan orang Indoensia tentang palestina itu sudah banyak memberikan respon setidaknya ada diskusi dan dalam tulisan Agus Salim bergeser dari bicara tentang Yahudi dan Arab di Palestina 2 tahun kemudian dia menulis artikel yang lain bicara tentang adanya unsur agama yaitu isu al-Aqsha.
Pra kemerdekaan, Koneksi kita dengan palestina sudah lama jauh sebelum 1948 atau satu dasawarsa sebelum itu. Kemudian justru era sukarno pun sama 1955 dan tahun 1962 dikenal dengan pernyataannya tentang palestina yang itu nampaknya masih diadopsi hingga saat ini. Dan ini menunjukan adanya gerakan solidaritas yang sudah muncul pada waktu itu.
Lalu bagaimana sikap Indonesia tentang pelestina? Pada masa orde baru ada yang disebut dengan A functional Ambiguity sikap politik kita tidak terlalu form ada dimana. Indonesia sering ikut dalam acara PBB, di rapat juga hadir 1969 dan itu juga distimulasi oleh konflik arab israel. Informasi dari Duta Besar bahwa Indonesia untuk perdamaian di PBB di timur tengah banyak partisipasi tapi pernah menolak mesir dan syiria tentang urusan palestina, Misalkan untuk bantuan militer. Tapi Prof. Hilman belum tahu alasannya kenapa demikian, silahkan cek katanya.
Prof. Dr. Imran Cotan (Pengamat Politik Internasional) - Pemateri 2
Gagasan dari Bungakrono menyelenggarakan konferensi Asia Afrika April 1957 yang semangatnya sama adalah menghilangkan penindasan di muka bumi, dan satu-satunya entitas, negara yang menghadiri konferensi Asia-Afrika tahun 1957 di bandung itu yang belum merdeka adalah palestina.
Membebaskan palestina dari penjajahan, istilah penjajahan ini adalah istilah PBB, jadi kalau menghapuskan penjajahan itu sudah kewajiban kita secara konstitusional dan ada dasar hukumnya yaitu globe governent. Kenapa kita harus cawe-cawe dalam konflik palestina ini? Kita jangan lupa bahwa Indonesia ini buah perjuangan para pendiri bangsa ditopang oleh dukungan internasional.
Dalam konteks kemanusiaan kita harus empati terhadap penderitaan penduduk ditepi barat dan gaza, kita memberikan bantuan, dan saya sangat bersyukur Muhammadiyah mengumpulkan kurang 38 miliar atau lebih banyak lagi, tentu Indonesia juga memberikan bantuan mendirikan fasilitas umum dan dan fasilitas sosial di palestina.
Tapi yang lebih penting lagi yang ingin dikatakan itu ada juga satu dua anggota masyarakat kita bahkan tokoh nasional kita itu tidak bisa melihat masalah dengan jernih, mereka lupa bahwa Indonesia itu masih menerima bantuan internasional terbesar di dunia. Yang jelas kita mendukung penyelesaian dan kita berkewajiban sebagai negara memberikan bantuan kemanusiaan.
Drs. H. Hajriyanto Y. Thohari, MA (Duta Besar RI untuk Lebanon) - Pemateri 3
Persoalan Israel Palestina ini jalan 75 tahun kalau dihitung dari tahun 1948 , padahal mungkin pada tahun sebelum itu, ketika kedatangan orang-orang yahudi dari diaspora mereka mereka di eropa, afrika, negara arab mulai berdatangan, itu jauh sebelum tahun 1948 sekitar tahun 1920 an bahkan pada akhir-akhir masa ottoman.
Semua metode dan ideologi perjuangan sudah dipakai, metode perang bersenjata dengan cara menyandera musuh, metode perundingan diplomasi negosiasi juga pernah dipakai, itu digunakan oleh bangsa palestina atas banyak pengaruh banyak nasehat dari berbagai pihak termasuk mungkin dari Indonesia.
Dari nasionalisme sosialisme marsisme yang semuanya sekulerisme tersebut. Tahun 1987 mereka ada yang menggunakan agama sebagai ideologi perjuangan dan perlawanan. Sama dengan bangsa Indonesia ketika meraih kemenangan ada yang menggunakan nasonalisme, ada yang menggunakan semangat jihad Islam, semuanya tidak ada yang keliru karena muara akhirnya adalah perjuangan kemerdekaan.
Yang pasti masa 75 tahun itu sesuai dengan perkembangan secara militer semakin tidak seimbang, menteri luar negeri kita menyebutnya sebagai konflik atau perang asimetris dua entitas yang berbeda.
Sekarang ini pendekatan multilateral oleh PBB sudah sejak 3 dasawarsa terakhir sudah tidak dilakukan, setelah oslo itu praktis kemudian pendekatan multilateral sangat jarang untuk dilakukan dan yang terjadi adalah sering berakhirnya perang dingin, amerika menjadi satu-satunya adidaya dunia, akhirnya pendekatan unilateral yang dilakukan oleh amerika tanpa pesaing lagi.
Pendekatan multilateral baik oleh PBB, organisasi-organisasi internasional tingkat liga arab diabaikan oleh Israel, liga arab mengajukan inisiatif yang tadinya konsepnya arab saudi lalu diambil oleh liga arab diabaikan sama sekali oleh Israel, hukum internasional semuanya diabaikan oleh Israel.
Hanya saja yang jadi problem yang serius bagi palestina karena amerika serikat itu selalu tidak adil bahkan menabrak keputusan badan internasional dan hukum internasional. Satu-satunya yang ambil prakarsa itu amerika serikat tapi satu-satu yang ambil prakarsa itu tidak adil menabrak semua.
Post a Comment
2. Komentar sensitif akan dihapus
3. Gunakan bahasa yang sopan dan saling menghargai perbedaan pendapat dan sudut pandang