Lesson Study: The 12th International Conference (ICLS-XII) Unimus

Table of Contents
Lesson Study: The 12th International Conference (ICLS-XII) Unimus

Catatan Singkat Inti dari kegiatan The 12th International Conference (ICLS-XII) Universitas Muhammadiyah Semarang adalah sekolah di masa pandemic dan bagaimana lesson study di sekolah

Di masa pandemic, diberbagai Negara harus menutup sekolahnya, misalkan saja di India 69 minggu total durasi penutupan sekolah, brasil 65 minggu, Indonesia 64 minggu, Amerika serikat 58 Minggu, Kanada 51 minggu, Korea 39 minggu, Jerman 38 minggu, Australia 29 Minggu, Inggris 27 Minggu, China 27 Minggu, Rusia 13 Minggu, Prancis 12 Minggu, Jepang 11 minggu, Islandia 6 minggu, kata Prof. Manabu Sato, Ph.D

Di Indonesia hampir 69 juta siswa menghadapi resiko kehilangan pembelajaran yang signifikan selama penutupan sekolah yang diamanatkan pemerintah untuk mencegah penularan Covid-19. Penutupan sekolah berkepanjangan berdampak buruk pada kehidupan dan pembelajaran anak, terutama anak-anak yang terpinggirkan dari kalangan rumah tangga miskin. Penutupan tersebut mengganggu layanan penting berbasis sekolah seperti kesehatan mental dan dukungan psikososial, serta menyebabkan stress dan kecemasan karena hilangnya interaksi dengan teman sebaya dan rutinitas hidup, katanya.

Hanya 40% orang Indonesia yang memiliki akses internet. Ada resiko kesenjangan pembelajaran yang melebar menjadi permanen, tambahnya.

Mengenai lesson study Prof. Manabu Sato, Ph.D mengenalkan sekolah menengah atas di Osaka sekolah tersebut berada di lokasi paling berbahaya di Jepang. Sebagian besar siswanya miskin, keluarga yang bercerai, dan orang-orang yang didiskriminasi, banyak dari orang tua mereka adalah gangster.

Sekolah tersebut adalah sekolah tersulit selama 75 tahun diantara 150 sekolah. Namun ajaibnya telah berubah dengan pendekatan School as Learning Community (SLC). Ada kepedulian yang kuat diantara siswa, tidak ada siswa sendirian, tidak ada perilaku bermasalah, tidak ada kekerasan dan perilaku bullying diantara siswa. Semua siswa terlibat dalam pembelajaran dengan model inkuiri kolaburatif sebagai pemeran utama.

Pegereseran konten pembelajaran di bawah industry 4.0, forum ekonomi dunia pada januari 2020 “sekolah masa depan: mendefinisikan model pendidikan baru untuk revolusi industry keempat” seperti:

  1. Keterampilan kewarganegaraan global
  2. Keterampilan inovasi dan kreativitas
  3. Keterampilan teknologi
  4. Kemampuan interpersonal
  5. Pembelajaran yang dipersonalisasi dan mandiri
  6. Pembelajaran yang dapat diakses dan inklusif
  7. Pembelajaran berbasis masalah dan kolaburatif
  8. Pembelajaran seumur hidup dan didorong oleh siswa

Di Jepang Kementerian Pendidikan memperkenalkan “Pembelajaran aktif: Inisiatif, dialogis, dan pembelajaran mendalam. Di Negara ini, semua guru SD dan SMP telah mengubah gaya pembelajaran tradisional menjadi gaya mengajar abad 21, menurutnya SLC adalah model terbaik dari inovasi saat ini.

Pada abad 19 dan 20, guru adalah “professional mengajar”. Mereka bekerja dengan mulut, “bicara, kapur, dan lelucon. Kegiatan utama mereka adalah merencanakan pembelajaran, berbicara, bertanya, dan mengevaluasi siswa. Menurut Prof. Eisuke Saito dalam penelitiannya bersama tim ALSI, 82% pembelajaran berpusat pada guru.

Sebaliknya guru abad 21 bukanlah “professional pengajar” melainkan professional belajar. Mereka bekerja bukan dengan mulut dan kapur tetapi dengan telinga (mendengarkan), mata (pengamatan), dan otak (pemikiran reflektif).

Kegiatan utama guru kontemporer bukanlah “mengajar” tetapi “desain kegiatan pembelajaran”, “koordinasi inkuiri kolaburatif", dan “refleksi pembelajaran”. Dengan demikian “desain”, “koordinasi”, dan “refleksi” adalah tiga kunci kompetensi professional guru saat ini.

Arif Hidayat, Ph.D dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai plenary speakers menyimpulkan kita galakan “Gerakan buka kelas” orang lain boleh jadi observer. Dengan begitu guru tidak arogan, guru mengajar sesukanya tidak mengindahkan kurikulum, tapi guru mau mendengarkan siswa dan memperbaiki kekurangan cara mengajarnya. Arif pun menambahkan bahwa lesson study bagian dari metakognitif guru, lakukan gerakan buka kelas sesering mungkin agar kualitas pembelajaran lebih baik, katanya.

Cobalah kalau ada waktu mendesain pembelajaran mulai dari RPP dan hambatan masalah dalam pembelajaran. Refeleksi berbagai temuan siswa, bagaimana komentar siswa belajar di kelas yang baik. 

Post a Comment